Review Film Kutuk 2019

Film genre horor tetap punya tempat sendiri bagi pengemarnya. Banyak orang yang mengakui bahwa film ini memiliki banyak keseruan sendiri, mulai dari ketegangan, terror, adrenalin dan banyak lainya. Semua bisa tercampur menjadi satu ketika melihat tayangan film horor.

Ada sebagian orang yang bisa dibilang tidak senang dengan film genre ini, karena mereka selalu ketakutakan setelah menonton dan terbayang hingga sampai ke tempat tidur. Akan tetapi tetap saja memiliki banyak pengemar yang membuat film ini terus berikan tontonan berbeda dan menarik untuk ditunggu-tunggu. MD Pictures sebagai tempat produksi perfilman kembali merilis film dengan genre horor terbarunya yang diberi nama Kutuk.

Menayangkan poster perdanya kehadapan publik, dimana film ini dibintangi oleh beberapa aktris ternama seperti Stuart Collin, Shandy Aulia, dan Alice Norin ini, dapat dibilang hampir mirip dengan film The Nun di The Conjuring yang sudah pernah tayang sebelumnya. Meski terdapat beberapa kemiripan yang bisa dikatakan tidak disengaja ini, tetap menarik untuk ditonton.

Untuk Anda yang penasaran dengan film horor ini, bisa langsung download film Kutuk hanya di website layarkaca21. Temukan keseruan dan ketegangan dari film Kutuk ini, akan tetapi untuk Anda yang mau menyimak sedikit ulasan tentang film ini. Anda dapat membacanya lebih dulu yang kami tuliskan disini.

Review Film Kutuk 2019

Teror Mengerikan di Sebuah Panti Jompo

Pada awal bagian dari film ini, Anda akan melihat secara langsung dari penampakan Maya (diperankan oleh Shandy Aulia) , dimana dia menuju ke sebuah panti jompo. Bisa dibilang ini tanpa penjelasan dan pengenalan lebih dahulu tentang tokoh utama, Anda akan dipaksa untuk langsung masuk ke dalam alur cerita tanpa mengetahui lebih dahulu tentang latar belakang siapa Maya disini.

Ternyata, Maya mau melamar untuk menjadi seorang suster perawat bagi kaum manula di panti jompo tersebut yang di milik oleh Elena Wardoyo (diperankan oleh Alice Norin). Menjadi merasa canggung dan mengalami tekanan yang dilakukan oleh Gendhis (diperankan oleh Vitta Mariana Barraza), Maya menjadi tenang karena sang pemilik dan dia dapat langsung mengerjakan tugasnya untuk merawat manula.

Tidak lama kemudian, Maya rasakan banyak keanehan yang terjadi di dalam panti jompo tersebut. Mulai dari meliat sosok penampakan suster misterius yang bisa membuat merinding, hingga terdengar suara-suara mengganggu manusia. Setelah beberapa saat, sang protagonis disini bertemu dengan Reno (diperankan oleh Bryan McKenzie), pemuda dengan sosok tampan yang selalu membantu di panti jompo Elena tanpa rasa pamrih sedikitpun. Kesigapan terhadapat semua hal yang dilakukan oleh Reno, telah mengetuk hati Maya dan dia terpikat.

Meski berpikir tentang percintaan, namun keresahan Maya bertambah besar karena terjadinya sbeuah intensitas gangguan di panti jompo tersebut. Dapatkah Maya menyibak mengungkapkan misteri yang ada di panti jompo tersebut?

Twist terbilang menantang logika

Melihat pada adegan awal, telah terjadi beberapa keanehan yang sangat tampak jelas. Tampak pada saat ingin mengajukan diri bekerja menjadi suster, Maya tidak tahu apakah dia akan diterima atau tidak. Ada yang membuat heran, Maya tidak tampak membawa tas berisi baju dan beberapa perlengkapan lainnya seolah dia sudah tahu akan diterima bekerja. Mungkin hanya beberapa orang yang akan fokus pada hal tersebut.

Akan tetapi masih banyak keanehan lain dalam film ini. Dari sepanjang durasi film ini, tidak sama sekali ada sebuah narasi yang mengagkat latar belakang sang protagonis disini. Bisa dibilang figur sentral, ini akan membuat penonton perlu simpati hanya pada saat Maya menuju tempat dia bekerja. Tanpa memiliki alur cerita menarik yang dapat menjadi perhatian, dan sangat sulit memberikan kesan wow untuk penikmat layar lebar, terlebih untuk penggemar film horor.

Jump scare masih kurang bermakna

Selalu menjadi sebuah tantangan untuk sebagaian sineas indonesia yang mengusung film genre horor, jump scare masih kurang berkesan dan itu terjadi pada film Kutuk. Build up yang dimunculkan tidak memberikan efek kejut yang menegangkan.

Efeknya disini penonton akan hanya merasa kaget dengan kemunculan sosok misterius yang datang secara tiba-tiba dimana ada tambahan efek suara saja. Sangat berbeda jika dibandingkan pada film horor epik lainnya seperti The Conjuring (2013) dan The Conjuring 2 (2016), pada setiap jump scare dimunculkan sangat baik dan motivasinya juga jelas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *